Senin, 29 Juni 2009

Sedia Payung Sebelum Hujan

Halo semua,

Semoga kalian bahagia dan ceria selalu...

"Mbak, saya sakit dan kehilangan pekerjaan. Bukan takdir sakit yang saya sesali, tetapi justru di PHK/dikeluarkan dari kantor yang menyakiti hatiku.

Dulu saat saya masih di kursi roda, bicaraku belum lancar karena terganggu akibat sakit dan leher belum bisa tegak, saya di PHK secara lisan oleh wakil kantor tanpa perasaan bersalah sedikit pun. Saya baru tahu keputusan itu belum diketahui oleh petinggi kantor.

Akhirnya pimpinan sangat intens menghubungi dan membujukku untuk menerima PHK, tetapi mereka tidak mau membayar uang pesangon. Saya tetap menuntut pesangon karena saya pegawai tetap bukan lagi pegawai kontrak. Akhirnya saya menggugat hukum.

Berapa lama perjuangan saya dari mulai dipecat sampai mendapat pesangon? 15 bulan. Selama proses itu aku sering menangis sendiri, selalu mimpi buruk dan tidak bisa tidur nyenyak. Saya sangat tersiksa, Mbak. Semenjak itu saya jadi dendam, benci semua orang disana. Kenapa mereka tega menyiksaku sat saya sakit begitu...

kalau mereka punya niat baik, pastilah mereka mem-PHK dengan tidak langsung bicara denganku, tetapi bisa lewat keluargaku. Mereka kan tahu gimana kondisi psikologisku karena baru saja ditimpa musibah terserang penyakit berat"

Saya mengutip dari Harian Kompas Minggu, 11 Januari 2009 tanpa saya kurangi atau tambahi kalimatnya. Intinya adalah si penulis bertanya bagaimana menghapus dendam yang masih ada padanya, agar dendam tersebut tidak terus terbawa.

Saya sangat trenyuh membaca tulisan di atas. Bisa jadi anda berpikir bahwa , toh, itu terjadi dengan orang itu, bahkan orang ynag saya tidak kenal. belum tentu terjadi pada saya. Atau, toh, kecil sekali kemungkinan saya terserang penyakit berat, sehingga saya tidak bisa bekerja lagi di kantor.

Betulkah demikian?

Bisa ya, bisa tidak. Kita tidak tahu hari esok. Kita tidak mungkin berkata, "Itu tidak bakal menimpa saya" Siapa tahu?...

Dalam hal di atas saya tidak bisa menyalahkan kantor orang tersebut, karena memang logikanya adalah kantor manapun didunia tidak bisa memperkerjakan orang yang cacat atau disfungsi. Karena dalam hal ini ada biaya tapi tidak ada hasil.

Yang saya garis bawahi adalah, apakah kita siap jika terjadi sesuatu atas kita, sementara kita bakalan di anggap 'disfungsi' oleh orang lain? Sudahkah kita menyiapkan suatu "Passive Income" yang akan bekerja menghasilkan uang dengan atau tanpa kita yang secara aktif harus mengelolanya?

Sebenarnya sekarang ini ada banyak bidang yang bisa membuat kita menghasilkan passive income antara lain, Internet Marketing. Sekarang ini tanpa saya harus aktif lagi, Google memberikan saya penghasilan beberapa dolar setiap hari nya, dengan semua website saya yang telah saya buat sebelumnya. Selain bidang Internet Marketing ada juga bidang lain seperti Franchise atau Waralaba. Hanya saja untuk memulai suatu bisnis Waralaba, anda harus punya sejumlah uang untuk modal dahulu. Sementara kalau di Internet marketing, modal relatif cukup kecil.

Apa anda tertarik mempersiapkan "Payung Sebelum Hujan"?


Salam Sukses,